Sabtu, 20 Desember 2014

terlambat 1

Siang itu, aku mengantar kakakku pergi k salon, rambut bungsunya sudah gondrong. Keponakanku, spt biasa tak bisa diam, resah dan tak suka duduk dkursi yg dtinggikan, apalg ketika the barber sudah siap dg clipper. Dia melihat ibunya sekali lg dg pandangan merajuk, memohon spy eksekusi pemotongan rambut dbatalkan dan kakakku sejurus menatap anaknya, membesarkan bola matax kuat2 dan memastikan pesan terkirim dg tegas: duduk diam n let him work ato kamu akan dapat masalah.
Ok, mother win.
Dan begitulah, analogi atas yg berkuasa kepada rakyatnya. Meski kdg utk kebaikan kedepannya, rakyat sering tidak menyadari itu. Kadang.

Aku msh tersenyum geli atas otoriter bisu itu, no argue dan irit waktu.
Saat yg sama, masuk seorang wanita cantik, siap duduk mengantri ketika tatapannya berhenti pd kakakku. Yup, mereka mengenal satu sama lain, mereka langsung berhambur ke pelukan masing2. Akhir kata, mrk saling bertukar kontak dan berjanji bertemu secepatnya.

Seminggu berlalu, ketika aku mampir drumah kakak dan ia mulai bercerita ttg wanita cantik yg dulu adalah sahabatnya itu. Ia menggambarkannya sebagai primadona d sekolah, dkampus bahkan dkantor tempat dia bekerja. Semua lelaki jatuh cinta padanya, dia cantik, pintar, anak orang kaya. Intinya, gadis yg sangat beruntung. Semua ibu2pun akan menginginkannya sbgi menantu.
Bibit, bobot, bebet: all checked.
Dan kakakku tidak habis pikir, kenapa sahabatnya itu masih sendiri, hingga sekarang.
Ia sedih dan prihatin atas kehidupan sahabatnya yg cantik itu. Yg meski usia sdh mulai mengejar, ia masih nampak menarik, org tuanya masih sekaya dl mesti tidak terlalu krn sudah pensiun.
Kakakku, yg meski galak tp penyayang itu mulai bertanya2 dan bermain kata mungkin. Mungkin ini dan mungkin itu.. Kenapa wanita yg dulunya diimpikan dan dperebutkan oleh kaum adam, itu masih single. Apa yg terjadi? Menjadi sendiri d usia menjelang 40 pasti sulit. Ia bahkan merinding menceritakannya.

Kakakku sendiri sdh mempunyai 3 anak. Dia bahagia dan bangga dg keluarganya. Setelah lulus kuliah, menikah dan mereka sepakat, untuk kakakku tidak berkarir, HANYA mengurus rumah dan anak.
Well, the fact is HANYA dsini tidak bersinonim CUMA. What do you know, mengurus rumah tangga itu seperti membawa seluruh kantor kerumahmu. Always busy.

Pemeo tentang: There is always somebody for someone, aku yakini benar adanya. Mungkin terlambat tapi pasti akan datang. Kadang kita semua berharap mempunyai mesin waktu sehingga bisa mengembalikan kita dsaat2 paling berpengaruh dlm hidup kita. Yahh, waktu sudah berlalu. Tak ada yg bisa dilakukan dratapi dan dsesali.

Menjadi cantik, kaya dan pintar. Pasti tidak mudah. Wanita sedemikian biasax popular. Itu membuat segala sesuatu jd lebih kompleks. Orang mengenal kita, mengamati perilaku kita dan terlebih menjadikannya sbgi role model (panutan)
What a burden! Sungguh sebuah beban. Orang akhirnya mempunyai ekspektasi yg lebih drpada kebanyakan. Manusianya menjadi lebih selektif, protektif dan lebih buruk lg, kadang menjadi asosial. Lingkungan yg menyebabkan.
Membuatmu menghargai diri terlalu tinggi, hingga tak ada lelaki yg mampu membeli. Sebuah paradoks tentu saja.

Semua wanita ingin menjadi Ratu. Tapi hendaknya bukan wanita itu yang meRatukan dirinya, tapi dia harus 'dinobatkan' oleh lelakinya, ditimbang kelayakannya berdasar kebaikan fisik dan hatinya.
Should be rewarded not claimed.
Being perfect is no need. Berusaha menjadi sempurna juga pekerjaan sia2 dan membuang waktu. Karena memang tidak ada yg sempurna. Semua berbatas. Toh, kita kan manusia.

Itulah kabarnya, yg terjadi pd sahabat lama kakakku. Tak sedikit yg meminang pasti, akan tetapi ekspektasi orang tua dan kecanduan utk menjadi sempurna, menuntunnya pd kesendirian.

Sore itu, kami bertemu d sebuah coffee shop. Aku berinisiatif mengantar spy aku diikutsertakan. Dg dalih agar mereka bebas bercengkrama sementara aku menjaga ponakanku yg kurasa perlu diet gula itu. Dtengah obrolan, si kecil menyenggol gelas minuman, membuat meja kotor dan lantai basah. Kakakku menggerutu kesal, memarahi anaknya dr balik gemeletuk giginya, cukup utk ddengar si kecil dan agar tak tertangkap d meja sebelah. Si sahabat cantik berkata, "aduh repot juga ya punya anak kecil.." Kakakku menimpali, "ini baru satu dan aku masih punya 2 lainnya drumah!" Sang sahabat menjawab, "wah gitu ya.. Aku mungkin tidak bisa seperti kamu, sus.. Aku ga bisa tahan dg kenakalan anak kecil dan sptnya mrk selalu membuat kotor dmana2.."
Mendengar jawaban itu, kakakku terdiam memandang meja yg berusaha ia bersihkan, aku membatin, "o ow big trouble"
Sedetik, aku takut dia akan marah dan menjawab dg pedas, kakakku bukan type wanita penyabar.
Kami menunggu jawabannya dan kemudian smbl menghela napas, dia berucap: "kamu tau, awalnya aku juga berpikir demikian, mereka sungguh nakal dan menjengkelkan, tapi mereka adalah anak2ku, hidup mereka bergantung padaku, tanggung jawab yg besar memang, hidupku sibuk tp menyenangkan, aku bahkan tak bisa membayangkan jadi apa diriku tanpa mereka".
Sungguh gaya bicara yg sangat dramatis dan sst yg dramatis biasax terpatri dlm pikiran.
Oh dear, kakakku berusaha mengirim pesan..
Setelahnya, ia mencondongkan diri, mencium rambut si bungsu yg masih tegang krn berbuat salah dan berbisik, "udah, gapapa" pesan antara ibu dan anak tersampaikan, 'mama memaafkan'.
Voila, benar! Kakakku resmi jd artis pemain watak. Karena pesan yg lain, juga dterima oleh sang sahabat. Pasti.

Si kecil kembali sibuk dg mainannya dan masih sempat kulihat senyum mengembang dwajah kakakku. Senyum penuh kecintaan dan kebaikan seorang Ibu. Kulirik mata kakak sedikit berkedut dan menyipit, itu tanda kepuasan.. Semacam rasa kemenangan atas debat quo satu arah, kenapa seorang wanita bangga menjadi Ibu rumah tangga. Skak mat.

Sore d kedai kopi itu sungguh monumental. Aku yakin sepulang dr minum kopi yg sedikit berantakan tersebut. Kata2 kakakku akan terngiang d telinga sang sahabat.  Menggaung bagai echo, datang dan pergi mengganggu hati dan pikirannya. Pesan yg dsampaikan kakakku sangat jelas, bahagia itu sederhana.
Hal demikian, akan merubah sedikit pemikirannya terhadap hidup dan atas apa yg ddefinisikan sebagai: menjadi sempurna.

Tidak ada yg terlambat selama kita masih bernyawa. Hidup ddunia hanya sekali,  pastikan keberadaan kita dsini mempunyai arti.

You have only one shot, make it count.
LindlesMo 20 Dec 14

1 Komentar:

Pada 15 Maret 2015 pukul 06.00 , Blogger Unknown mengatakan...

Keren...

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda