terlambat 2
Hari itu aku kembali ke kotaku. Kota yg kucintai, kota yg selalu kurindukan. Dkelilingi 5gunung berapi aktif. Dingin, sejahtera, santai and yet fullfil with endless beauty. Mirip desa Shire dalam sequel film LoTR.
Hehe sorry for being so exaggerate.
Bbrp janji temu dg kerabat dan sahabat terbuat. Aku senang berjadwal penuh, bbrp teman masih senang bertemu dgku.
Rumah kayu itu indah, drawat dg baik. Nampak pemilikx berseni ato punya uang lebih untuk, membuat gaya rumah apapun. Ddlm lbh artistik lg, perabotx mewah, banyak souvenir dr luar negeri, dtata apik. Tidak seperti drumahku, yg souvenirnya paling tak jauh dr jogja, itupun ibuku membelix djalan dg tawar menawar yg sungguh sulit. Dengan meninggalkan penjualnya menggerutu krn ibuku meninggalkan untung yg sedikit untuknya.
Aku merekam rumah itu dlm kepalaku, berharap suatu saat aku beruntung akan kubuat rumah sedemikian, dan aku menelan ludah. Kakekku pernah berpesan, jika engkau menginginkan sesuatu yg baik, katakan dlm hati dan menelan ludahlah.
Aamiin
One day, i realised that what he said has come to life.
Retno menjamuku d taman, kami duduk d gubuk kayu buatan, spt ide tea room garden eropa, minus kaca2. Tak lama dia akan menikah, setahun mereka bersama dan saling mencintai. Aku suka kisah cinta mereka. Retno yg bahagia menceritakan banyak hal, rusdi yg awalnya dtentang krn hanya pegawai biasa dr keluarga sederhana, dg cinta dan kegigihan mereka, akhirnya restu org tua retnopun ddapat.
"Ibuku yg menentang hubungan kami, kamu tau, aku tidak dekat dg ibu. Jadi ayahlah yg tau bgmn aku, kamu tau, ayah jg tidak begitu suka mendebat ibu, ibuku selalu menang. Tapi satu saat, ayah berbicara agak keras pd ibu mlm itu. Aku tidak mendengar pasti apa yg mereka debatkan, yg jelas namaku ada dsebut. Esoknya ibu memanggilku dan memberitahukan bahwa rusdi boleh menikahiku tp tidak akan ada resepsi besar2an spt mas anton dl. Aku tak perduli, aku sdh bersyukur akhirnya ibu merestui kami. Sampai saat ini aku tdk tau apa yg dkatakan ayah pd ibu dkamar malam itu. Waktu kutanya, ayah hanya bilang: kamu harus menikah dg orang yg mencintaimu dan kamu cintai, mau seumur hidup atau tidak, setidaknya kalian sdh mencoba".
Setelah itu kami berdua tertegun, masi hijau atas dunia dan cinta. Kami tidak punya banyak hal yg dperdebatkan, karena kita tidak tau apa tepatnya yg harus dbahaskan.
Konsentrasi lamunan abstrak kami dbuyarkan oleh kedatangan ibu retno. Wanita separo baya itu masih enerjik, dia bercerita tentang, mengomel tepatnya, ttg caddy baru yg tdk becus, tentang pelayanan country club yg memperlakukannya seperti anggota biasa menimbang dia memegang privilege member. Ribut.
Retno tersenyum menatapku dan menyongsong ibunya, spt menawarkan telinga, mengisyaratkan 'mengeluh padaku, aku akan mendengarkan'.
Aku mencium tangan ibunya, dan beliau berkata: "tau kan kamu lin, retno sebentar lagi menikah. Dia tdk mau djodohkan tp mau menikah dg pilihannya. Apa tdk melihat pilihan org tua jarang salah? Liat tante dan om, dulu kami djodohkan dan sampai sekarang kami baik2 sj, om itu diam ga pernah marah, ga macam-macam, kami ga pernah bertengkar. Tapi ya retno sudah dbela om, yah tante mau gimana lg?!"
Aku tersenyum dan hanya berkata: "ya, tante" retno tersenyum memandang ibunya dan menggandengku masuk, aku berpamitan sopan pada ibu retno dan kami berpindah k lantai atas.
Druang tengah, nampak ayah retno duduk diam dlm koran yg dgenggamnya. Aku menyapa dg hormat dan beliaupun tersenyum hangat dan mengangguk. Org tua itu selalu diam, terlalu diam. Aku masih ingat, dulu sejak aku menjadi sahabat retno, aku melihat mereka sbgi pasangan yg sangat ideal. Mereka spt panas dan dingin, yg ibu selalu berapi2 dan sang ayah, siap memadamkan. Ibu mengomel, sang ayah mendinginkan.
Aku hampir menginginkan mereka sbgi ayah ibuku, maksudku hampir. Karena aku sangat mencintai org tuaku.
Tidak seperti org tua retno yg adem ayem, org tuaku selalu berselisih paham atas banyak hal, hal2 kecil. Bahkan kadang kuanggap mereka sangat norak. Ibuku yg sdh tua masih cemburu sm bapak yg kadang menyapa dg aksi genit yg lucu pd wanita cantik yg kebetulan lewat ddpn rumah. Bahkan jika menonton kuis yg berhadiah ratusan juta d tv dan mereka mulai berandai2 jika mereka pemenangnya, yak.. hal yg sangat absurd terjadi, mereka berselisih atas uang maya tersebut. Ibuku ingin punya usaha, bapakku ingin beli tanah d kampungnya. Infact, duitnya bahkan ga exist. Menggelikan..
Hari yg tenang adalah hari pengambilan gaji,naik becak berdua, tertawa2 tertahan, mereka nampak sangat damai, terlalu malas utk bertikai, banyak makanan d meja, banyak senyum, nada bicara medium ke rendah.
Esok harix, mrk sdh mulai ribut, ttg siapa yg salah krn menaruh ikan pindang hingga dmakan kucing, yg dbeli separo harga krn penjualx sdh akan pulang.
Itu keluargaku, yg kurindukan setengah mati dsaat aku jauh. Dan tak mau kutukar dg apapun.
Tak seperti org tuaku yg menyimpan banyak emosi antar keduanya. Org tua retno tak beriak, tak ada feeling. Tak beremosi.
Retno punya kakak, kakak retno lbh mirip ibunya, sdkt angkuh dan agak sedikit menyebalkan bagiku. Dia pny karir yg bagus. Retno lebih seperti ayahnya, mereka dekat satu sama lain.
Dlm kamar retno, kuutarakan pendapatku ttg org tua mereka, ayah retno yg penyabar dan nampak sangat mencintai ibunya hingga hampir tak pernah ribut ttg apapun. Retno menyandarkan kepalanya d bahuku dan mulai bercerita pelan. Sebuah cerita yg mempengaruhi hidup kami berdua dkemudian hari.
Dulu ayah retno djodohkan dg ibunya, kedua org tua mereka sama2 org kaya.
Dan adalah lastri, gadis yg sederhana, pandai mengaji, pintar dan menyenangkan. Anak sang sopir. Hubungan mereka dtentang keras hingga suatu hari, mereka dpanggil dan dkeluarkan, untuk mencegah skandal. Membuat mereka kembali k desa mrk dpesisir.
Tak lama, ayah dan ibu retno menikah dan waktu berlalu stlh ayah retno yg masih berusaha mencari tau keberadaan cinta sejatinya itu. Yg ternyata sdh menikah jadi istri kedua dg seorang mandor ddesanya. Meski berat tp dia tak bisa berbuat apa2 lagi. Kabarnya, laki2 itu suka memukuli dirinya, kemudian dketahui tak lama berselang, ia meninggal saat melahirkan anaknya. Keduanya tak selamat karena mal nutrition. Itu saja yg ia ketahui. Mungkin sudah jalannya, itu yg ia pikirkan.
Setahun kemudian retno lahir. 15th berlalu setelah hari itu, saat ayah retno tak sengaja bertemu dg adik sang bapak sopir. Dceritakannya bhw sejak kepindahan mereka k kampung, bapak sopir mulai sakit2an. Akhirnya mereka menerima pinangan sang mandor agar anaknya menjadi istri. Sang mandor yg ringan tangan membuat bapak sopir menjadi makin parah sakitnya hingga lastri yg memang tak pernah dkunjungi suaminya setlh hamil itu putus asa.
Dsaat kehamilan menginjak usia tua, ia berusaha kekota mencari ayah retno, berharap mendapat pertolongan utk memasukkan ayahnya k rumah sakit. Tapi malang tak dapat dtolak. Ayah lastri menemui ajalnya tak lama lastri meninggalkan desa. Sang paman menyusul lastri dkota dmn dia akan berhenti drmh seorg saudara. Setelah mendengar kabar kematian ayahnya, mendadak lastri mendapat kontraksi hebat. Dalam duka yg mendalam dg gizi yg tak memadai, tubuh adalah luka yg menganga. Lastri dbawa k klinik terdekat, kehabisan banyak darah, tak ada pertolongan ekstra atau memang Allah sudah memanggil mereka. Anak dan ibu terselamatkan dari nestapa dunia.
Retno menangis hingga terisak keras, aku terpana oleh kesedihan dan cerita yg membirukan kami berdua. Itu ternyata alasan ayahnya hidup bagai zombie, tak beremosi, menghukum dirinya dlm kediaman, menanggung rasa bersalah yg terasa tak mampu ia tebuskan. Hatinya merindu oleh sesuatu yg tak lagi ada. Mengetahui bahwa apapun yg dia lakukan tak akan mengembalikan hatinya, karena ia sudah menmberikan hatinya pada wanita yg sudah tak lagi ada dbumi ini.
Dan sambil bertautan kepala, kami masih menangis pelan dan deras, menangisi sang bapak sopir, menangisi lastri, menangisi bayi lastri dan menangisi ayah retno yg tak punya waktu utk berduka atas banyaknya kehilangan yg ia rasakan, perasaan bersalah menahun dan kedukaan mendalam karena dulu tak memperjuangkan apa yg ia cintai dan tak berusaha menyelamatkan cinta tersebut. Raganya hidup, hatinya kosong, jiwanya sakit menanggung hal yg berusaha ia lupakan tapi tak bisa. Dia hanya berharap dapat berada dsaat lastri membutuhkannya.
Dia dulu mencinta tapi tak berusaha.
Terlambat
Lind lesMo, blue sunday 21 dec 14